| Original Full Text | DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 53 YESUS KRISTUS: ENIGMA SEJARAH ATAU INKARNASI ILAHI? (Menyingkap Misteri Dua Natur dan Implikasinya bagi Kekristenan era Postmodern) Samuel Wailan Leonard Wanget 1 Henokh Alexander Ferdinan Lumentah 2 Institut Agama Kristen Negeri Manado1,2 samuelwanget@iaknmanado.ac.id Abstract This article highlights the doctrine of Christology, specifically focusing on the two natures of Jesus Christ, namely the human nature and the divine nature in one person. These two aspects have been a subject of debate throughout history, particularly in the postmodern era where relativism, pluralism, and secularism pose additional challenges. In addressing these issues, the researcher attempts to explore them by examining two key points. Firstly, by looking at the identity of Jesus through humanistic and Christological perspectives. Secondly, by exploring the intersection between the enigma of history and the divine incarnation. This discussion aims to formulate its implications for the understanding of Christianity in the postmodern era. The research methodology employed is qualitative research with a descriptive approach. The data analysis involves a literature review of the doctrine concerning Jesus Christ in the results and discussions. Based on this study, the researcher analyzes and formulates its implications. The conclusion drawn from this research is regarding the formulation of God incarnate as a human, a perspective widely accepted by Christians. This doctrine holds significant implications for Christianity in the postmodern era. The works and teachings of Jesus Christ reveal His two natures: God becoming human. This mystery serves as the foundation of Christian faith and a source of hope for humanity. The doctrine of divine incarnation can be a basis for Christians to uphold their faith, demonstrating that God understands and empathizes with human suffering. Keywords: Jesus Christ, Two Natures, Historical Enigma, Divine Incarnation. Abstrak Artikel ini menyoroti tentang doktrin Kristologi, khususnya tentang dua natur Yesus Kristus itu sendiri, yakni natur kemanusiaan dan natur keilahian dalam satu pribadi. Kedua hal ini tentunya menjadi perdebatan di segala zaman. Apalagi pada era postmodern ini, relativisme, pluralisme dan sekularisme menambah tantangan tersendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk membahas dua poin. Yang pertama, melihat identitas Yesus lewat pandangan humanistik dan pandangan kristologis. Yang kedua melihat titik temu antara enigma sejarah dan inkarnasi Ilahi. Pembahasan ini dimaksudkan untuk merumuskan implikasinya dalam pemahaman kekristenan bagi masyarakat di era postmodern. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun analisis data yang digunakan adalah dengan mengkaji secara kepustakaan soal doktrin Kristologi tentang Yesus Kristus dalam hasil dan pembahasan. Berdasarkan kajian ini, peneliti menganalisis dan merumuskan implikasinya. Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini adalah soal rumusan Allah yang menjadi manusia, dan pandangan ini adalah pandangan yang paling diterima oleh umat Kristen. Doktrin ini memiliki implikasi yang penting bagi kekristenan di era postmodern. Karya dan ajaran Yesus Kristus mengungkapkan dua natur-Nya: Allah yang menjadi manusia. Misteri ini menjadi dasar iman Kristen dan sumber pengharapan bagi DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 54 umat manusia. doktrin inkarnasi ilahi dapat menjadi dasar bagi orang Kristen untuk mempertahankan iman mereka. Doktrin ini menunjukkan bahwa Allah memahami dan berempati dengan penderitaan manusia. Kata Kunci: Yesus Kristus, Dua Natur, Enigma Sejarah, Inkarnasi Ilahi. PENDAHULUAN Yesus Kristus adalah sosok yang paling penting dalam sejarah Kristen. Ia adalah pusat iman Kristen, dan ajaran-Nya telah memengaruhi kehidupan jutaan orang di seluruh dunia. Namun, identitas Yesus Kristus juga merupakan salah satu misteri terbesar dalam sejarah. Apakah Ia hanya seorang manusia biasa, ataukah Ia juga Allah? Identitas Yesus Kristus menjadi bahan perdebatan sepanjang abad karena ada dua pandangan yang berbeda tentang identitas-Nya. Pandangan pertama adalah pandangan humanistik, yang berpendapat bahwa Yesus Kristus hanyalah seorang manusia biasa. Pandangan kedua adalah pandangan kristologis, yang berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia. Perbedaan pandangan tentang identitas Yesus Kristus telah menyebabkan perdebatan teologis yang panjang dan kompleks. Perdebatan ini telah berlangsung selama berabad-abad, dan belum ada kesepakatan yang final. Di abad ke-4, tepatnya pada tahun 451 M, dalam konsili di Chalcedon, Gereja Kristen akhirnya menetapkan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur, yaitu natur ilahi dan natur manusiawi. Kedua natur ini bersatu dalam satu pribadi, yaitu Yesus Kristus.(Lane, 2007) Adapun isi dari pengakuan iman Chalcedon sebagai berikut: “Kami mengakui bahwa Kristus, Tuhan kita yang satu dan sama, dikenal dalam dua hakikat yang tidak tercampur, tidak dapat berubah, tidak terbagi, tidak terpisahkan, perbedaan dari dua hakikat itu sama sekali tidak ditiadakan oleh penggabungannya, sebaliknya, masing-masing hakikat dipelihara, juga dalam penggabungan dalam satu oknum dan satu hakikat, tidak terbagi atau terpisah menjadi dua oknum, tetapi Anak yang satu dan sama, yang tunggal, Allah, Firman, Tuhan Yesus Kristus, seperti mengenal Dia, nabi-nabi telah lama sebelumnya, serta Yesus Kristus sendiri mengajarkan kepada kita, dan seperti pengakuan bapak-bapak telah diteruskan kepada kita.“(Johnson, 2014) Pengakuan Iman Kalsedon (Chalcedon) merupakan hasil dari perdebatan teologis yang panjang dan kompleks tentang identitas Yesus Kristus. Rumusan ini diterima oleh Gereja Kristen sebagai rumusan yang resmi tentang identitas Yesus Kristus. Pengakuan Iman Kalsedon menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur, yaitu natur ilahi dan natur DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 55 manusiawi, yang bersatu dalam satu pribadi. Namun, pertanyaan tentang bagaimana dua natur ini dapat bersatu dalam satu pribadi masih terus diperdebatkan hingga saat ini. Perdebatan tentang identitas Yesus Kristus menjadi semakin relevan di era postmodern, yaitu era yang ditandai dengan relativisme, pluralisme, dan sekularisme,(Oduor, 2022) karena kita diajak untuk mengimplikasikan doktrin Kristologi dalam zaman ini. METODE PENELITIAN Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Penelitian kualitatif mencari makna, pemahaman, pengertian tentang suatu fenomena, kejadian, maupun kehidupan manusia dengan terlibat langsung dan tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual dan menyeluruh.(Prof. Dr. A. Muri Yusuf, 2016) Artikel ini memfokuskan penulisan pada tantangan dan peluang untuk bahasan yang jelas di era ini, khususnya pada dua hal utama yang dibahas, yaitu: 1. Perdebatan tentang Identitas Yesus Kristus. Membahas dua pandangan tentang Identitas Yesus yaitu pandangan humanistik dan pandangan Kristologis yang sama-sama memberikan berbagai pernyataan tentang identitas Yesus dilihat dari sudut pandang kedua pandangan tersebut. 2. Enigma Sejarah atau Inkarnasi Ilahi. Membahas titik temu dari identitas Yesus melalui enigma sejarah maupun inkarnasi ilahi dan juga menjelaskan implikasinya bagi masyarakat yang hidup di era postmodern. HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Yesus Kristus Identitas Yesus Kristus adalah salah satu topik teologis yang paling penting dan kontroversial dalam membahas doktrin Kristologi. Banyak teolog mencoba menuangkan berbagai pandangan mereka dalam sebuah rumusan ilmiah untuk mendeskripsikan identitas Yesus, namun ada beberapa diantaranya yang jatuh dalam interpretasi yang keliru. Identitas Yesus Kristus adalah misteri yang melampaui pemahaman manusia. Ia adalah Allah DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 56 yang menjadi manusia, yang memiliki dua natur berbeda, yaitu natur ilahi dan manusiawi. Kedua natur ini bersatu secara tak terpisahkan, tetapi tidak bercampur, berubah, atau terbagi-bagi. Persatuan dua natur Yesus ini adalah misteri yang tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh akal manusia. Namun, misteri ini dapat dipahami secara iman. Kesulitan dalam memahami identitas Yesus, tidak mengurangi nilai dan pentingnya identitas tersebut. Kita harus berusaha memahami identitas Yesus Kristus semaksimal mungkin, meskipun kita mungkin tidak pernah bisa memahaminya sepenuhnya. Salah satu bapa gereja yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Agustinus dari Hippo (354-430). Agustinus berpendapat bahwa Allah adalah realitas tertinggi dan paling sempurna. Ia adalah sumber segala sesuatu yang ada. Allah adalah kekal, tidak berubah, dan mahakuasa. Ia juga mahakasih dan mahaadil. Pemikiran Agustinus tentang Allah telah menjadi dasar bagi teologi Kristen selama berabad-abad. Pemikiran ini telah diajarkan dan didiskusikan oleh para teolog Kristen dari berbagai denominasi. Pada akhirnya, penulis memahami bahwa identitas tentang Yesus mungkin sulit dicerna dengan logika manusia yang terbatas, karena adanya perbedaan identitas antara manusia sebagai ciptaan dan Allah sebagai pencipta. Manusia hanya mungkin mengenal Penciptanya sejauh dan sebatas Allah menyatakan diri-Nya. Kesatuan Dua Natur Yesus Paradoks yang begitu indah dan sekaligus membingungkan ketika membayangkan: seorang bayi yang menggetarkan hati para gembala, namun juga Sang Firman yang kekal dan tak terbatas. Seorang manusia yang menangis di Taman Getsemani, namun juga Allah yang memegang kuasa atas hidup dan mati. Ini adalah intisari dari misteri kesatuan dua natur Yesus Kristus - perjumpaan ilahi dan manusia yang melampaui batas pemahaman kita. Pada bagian ini, penulis mengajak pembaca untuk menyelami keajaiban ini, menelusuri bagaimana dua natur yang tampaknya bertentangan - ilahi dan manusiawi - bersatu dalam satu pribadi Yesus Kristus. Perjalanan kita akan dipenuhi dengan cahaya dan bayangan, menyentuh kedalaman iman dan menantang logika kita. (Schmeller, 2020) Bagaimana kedua natur yang berbeda ini bisa bersatu dalam satu pribadi? Jawabannya adalah doktrin dua natur Yesus, sebuah konsep teologis yang dirumuskan oleh para bapa gereja awal. Doktrin DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 57 ini menegaskan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur yang berbeda - natur ilahi dan natur manusiawi - namun keduanya bersatu secara tak terpisahkan dalam satu pribadi. Pandangan-Pandangan Teologis tentang Identitas Yesus Pada bagian sebelumnya, penulis memaparkan bagaimana kesulitan manusia dalam mendeskripsikan identitas Yesus yang adalah Allah dan Manusia secara sempurna. Manusia bisa memahami identitas pencipta-Nya, sejauh dan seluas Allah menyatakannya kepada manusia. Di bawah ini, penulis menjelaskan beberapa pandangan teologis tentang dua natur Yesus, yaitu: a. Pandangan Nestorius Nestorius, seorang uskup dari Konstantinopel, berpendapat bahwa Yesus Kristus terdiri dari dua pribadi, yaitu pribadi manusia dan pribadi ilahi. Pribadi manusia Yesus Kristus adalah Yesus dari Nazaret, yang lahir dari Maria, dan menjalani kehidupan manusia biasa. (“Early Christ. Doctrin.,” 2014) Pribadi ilahi Yesus Kristus adalah Allah, yang bersatu dengan pribadi manusia Yesus Kristus pada saat pembaptisan-Nya. Pandangan Nestorius ini ditentang oleh Cyril, seorang uskup dari Alexandria. Cyril berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua natur, yaitu natur ilahi dan natur manusiawi.(Lane, 2007) b. Pandangan Cyril Cyril, seorang uskup dari Alexandria, berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua natur, yaitu natur ilahi dan natur manusiawi. Kedua natur ini bersatu secara tak terpisahkan, tetapi tidak bercampur, berubah, atau terbagi-bagi. Pandangan Cyril ini didasarkan pada bukti-bukti Alkitab, seperti pernyataan-pernyataan Yesus tentang diri-Nya sendiri, seperti "Akulah yang hidup, yang telah mati, tetapi lihatlah, Aku hidup selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut" (Wahyu 1:18). Pandangan ini juga didasarkan pada kepercayaan Kristen bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang turun ke dunia dalam rupa manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa.(Keith, 1998) c. Pandangan Konsili Chalcedon DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 58 Pada tahun 451, diadakan Konsili Chalcedon untuk menyelesaikan perdebatan tentang identitas Yesus Kristus. Konsili ini dihadiri oleh sekitar 600 uskup dari seluruh dunia Kristen. Konsili ini menghasilkan pengakuan iman yang dikenal dengan nama pengakuan iman Chalcedon. Pengakuan iman Chalcedon menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua natur, yaitu natur ilahi dan natur manusiawi. Kedua natur ini bersatu secara tak terpisahkan, tetapi tidak bercampur, berubah, atau terbagi-bagi. Pengakuan iman Chalcedon menjadi salah satu doktrin terpenting dalam teologi Kristen. Doktrin ini diterima oleh Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, dan Gereja-gereja Protestan yang beraliran ekumenis. (“Early Christ. Doctrin.,” 2014) d. Pandangan Protestan Gereja-gereja Protestan yang beraliran ekumenis, seperti Gereja Lutheran dan Gereja Reformed, menerima doktrin dua natur Yesus yang dirumuskan dalam pengakuan iman Chalcedon. (“20th-Century Theology: God and the World in a Transitional Age,” 1993) Namun, beberapa Gereja Protestan yang beraliran non-ekumenis, seperti Gereja Saksi-Saksi Yehuwa, menolak doktrin ini. e. Pandangan Saksi-Saksi Yehuwa Saksi-saksi Yehuwa berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah manusia biasa yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Juruselamat. Mereka menolak doktrin bahwa Yesus Kristus memiliki natur ilahi. (Knox, 2011) f. Pandangan Post Modern Pada abad ke-20 yang dapat dikategorikan sebagai era modern dan post modern ini, muncul beberapa pandangan teologis modern tentang dua natur Yesus. Salah satu pandangan yang populer adalah pandangan yang disebut dengan "hypostatic union". Pandangan ini berpendapat bahwa natur ilahi dan natur manusiawi Yesus Kristus bersatu dalam satu pribadi, tetapi tidak kehilangan esensi masing-masing. Pandangan lain yang populer adalah pandangan yang disebut dengan "kenosis". Pandangan ini berpendapat bahwa natur ilahi Yesus Kristus mengosongkan diri-Nya sendiri untuk mengambil natur manusiawi. (Craig, 2019) DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 59 Pandangan-pandangan teologis modern ini masih terus diperdebatkan oleh para teolog. Namun, doktrin dua natur Yesus yang dirumuskan dalam pengakuan iman Chalcedon tetap menjadi doktrin yang diterima oleh sebagian besar umat Kristen. Perdebatan Tentang Identitas Yesus Identitas Yesus Kristus adalah salah satu misteri terbesar dalam sejarah. Apakah Ia seorang manusia biasa, ataukah Ia adalah Allah yang menjadi manusia? Sekalipun sebagian orang Kristen dapat memahami dengan benar siapa Yesus berdasarkan kesaksian Alkitab dan bukti sejarah yang menyatakan bahwa Dia mempunyai dua natur yaitu Allah dan Manusia, namun ada sebagian orang yang masih skeptis dan terus mempertanyakan identitas Yesus. Dari beberapa pandangan teologis yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis merangkum pandangan-pandangan tersebut dalam dua istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan identitas Yesus, yaitu Enigma Sejarah dan Inkarnasi Ilahi. Apakah Yesus adalah seorang manusia biasa (Enigma Sejarah) ataukah Yesus adalah Allah yang menjadi manusia (Inkarnasi Ilahi)? a. Enigma Sejarah Kata "enigma" berasal dari bahasa Yunani "ainigma" yang berarti teka-teki atau sesuatu yang sulit dipahami. Dalam konteks sejarah, enigma merujuk pada peristiwa atau tokoh yang penuh misteri dan menimbulkan banyak pertanyaan. Kehidupan dan ajaran Yesus Kristus memang sarat dengan misteri. (Lucas, 2011) Banyak aspek tentang diri-Nya yang diperdebatkan dan belum memiliki jawaban definitif. Apakah Ia benar-benar anak Allah seperti yang diklaim? Bagaimana mungkin Ia melakukan mukjizat dan bangkit dari kematian? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadikan Yesus Kristus seorang enigma sejarah, sosok yang sulit dipahami dan memicu perdebatan selama berabad-abad. Apakah misteri tentang Yesus benar-benar menjelaskan bahwa Yesus adalah enigma sejarah? Mengapa Yesus dideskripsikan sebagai enigma sejarah? Berikut adalah beberapa alasan mengapa Yesus disebut enigma sejarah, yaitu: • Sumber-sumber historis yang terbatas Sumber-sumber utama yang kita miliki tentang Yesus Kristus adalah Injil, yang ditulis oleh para penulis Kristen pada abad ke-1 dan ke-2. Injil adalah sumber DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 60 yang berharga, tetapi mereka yang menulis juga memiliki bias dan keterbatasan. (QUARLES, 2019) Misalnya, Injil tidak memberikan informasi yang komprehensif tentang kehidupan Yesus, seperti Yesus pada umur remaja sampai pemuda, dan mereka sering kali menyajikan Yesus dalam cahaya yang ‘dianggap‘ menguntungkan. • Identitas Yesus yang memunculkan banyak pertanyaan Ada dua pandangan utama tentang identitas Yesus: pandangan humanistik dan pandangan kristologis. Pandangan humanistik berpendapat bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa yang memiliki ajaran dan pengaruh yang luar biasa. Pandangan kristologis berpendapat bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia.(Sujoko, 2023) Perbedaan kedua pandangan ini telah menyebabkan perdebatan yang sengit selama berabad-abad. Perbedaan kedua pandangan ini telah menyebabkan perdebatan yang sengit selama berabad-abad yang dibedakan dalam dua pandangan. 1) Pandangan Humanistik Kaum Humanistik adalah orang-orang yang menganut paham humanisme yaitu suatu aliran pemikiran yang mengedepankan nilai dan kedudukan manusia serta menjadikannya sebagai kriteria dalam segala hal. Kaum humanistik percaya bahwa manusia adalah makhluk yang unik dan berharga. Mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, berkehendak bebas, dan menciptakan sesuatu yang baru. Kaum humanistik juga percaya bahwa manusia memiliki tanggung jawab untuk membangun dunia yang lebih baik. Kaum Humanistik berpendapat bahwa Yesus Kristus hanyalah seorang manusia biasa yang memiliki ajaran dan pengaruh yang luar biasa. Mereka berpendapat bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Kaum Humanistikpun mencoba menyodorkan bukti-bukti Alkitab yang memperkuat argumen mereka bahwa Yesus adalah manusia biasa. Beberapa di antaranya adalah, Yohanes 8:40 (Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah manusia, dan Markus 14:62 (pengakuan para murid bahwa Ia adalah manusia). Pandangan ini juga didasarkan pada kenyataan bahwa Yesus Kristus lahir, hidup, dan mati seperti DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 61 manusia biasa. (Craig, 2019) Pandangan humanistik ini memiliki beberapa implikasi bagi kekristenan, yaitu: • Yesus Kristus bukan Juruselamat. Jika Yesus Kristus hanyalah seorang manusia biasa, maka Ia tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan manusia dari dosa. • Yesus Kristus bukan teladan yang sempurna. Jika Yesus Kristus hanyalah seorang manusia biasa, maka Ia tidak memiliki kemampuan untuk hidup tanpa dosa. 2) Pandangan Kristologis Pandangan kristologis berpendapat bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia. Pandangan ini didasarkan pada bukti-bukti Alkitab, seperti pernyataan-pernyataan Yesus tentang diri-Nya sendiri, seperti "Akulah yang hidup, yang telah mati, tetapi lihatlah, Aku hidup selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut" (Wahyu 1:18).(Chambers, 2017) Pandangan ini juga didasarkan pada kepercayaan Kristen bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang turun ke dunia dalam rupa manusia untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa. Pandangan kristologis ini memiliki beberapa implikasi bagi kekristenan, yaitu: • Yesus Kristus adalah Juruselamat. Jika Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, maka Ia memiliki kuasa untuk menyelamatkan manusia dari dosa. • Yesus Kristus adalah teladan yang sempurna. Jika Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, maka Ia memiliki kemampuan untuk hidup tanpa dosa. b. Inkarnasi Ilahi Inkarnasi ilahi adalah konsep teologis dalam agama Kristen yang menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia. Konsep ini didasarkan pada keyakinan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur yang berbeda namun bersatu secara tak terpisahkan: natur ilahi dan natur manusia. Ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia sekaligus. Konsep inkarnasi ilahi pertama kali dirumuskan oleh para bapa gereja pada abad DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 62 ke-4. Konsep ini kemudian menjadi salah satu doktrin inti dalam agama Kristen. (Dray, 2022) Pandangan inkarnasi ilahi menawarkan penjelasan tentang misteri Yesus Kristus. Konsep ini menjelaskan bagaimana sosok manusia Yesus dapat memiliki sifat dan kuasa ilahi. Inkarnasi ilahi, walaupun masih mengandung misteri, memberikan landasan teologis untuk memahami Yesus Kristus. Beberapa bukti yang mendukung pandangan inkarnasi Ilahi sebagai jawaban dari misteri mengenai dua natur dalam Pribadi Yesus, yaitu: 1) Pernyataan dan perbuatan Yesus Kristus Injil mencatat bahwa Yesus Kristus membuat berbagai pernyataan dan melakukan berbagai perbuatan yang menunjukkan bahwa Ia memiliki sifat dan kuasa ilahi. Misalnya, Yesus Kristus menyatakan diri sebagai "Anak Manusia" (Matius 16:13), "Tuhan" (Yohanes 20:28), dan "Allah" (Yohanes 10:30). Ia juga melakukan berbagai mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan membangkitkan orang mati. (Yarbrough, 2014) 2) Kebangkitan Yesus Kristus Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian adalah peristiwa yang sangat penting dalam agama Kristen. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa atas kematian, yang merupakan simbol dari dosa dan kuasa jahat.(Burge, 2011) Kebangkitan Yesus Kristus juga menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang hidup. Konsep inkarnasi ilahi menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah sosok yang unik dan istimewa. Ia bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga Allah yang menjadi manusia. Hal ini memberikan dasar yang kuat bagi iman Kristen. c. Makna Kesatuan Dua Natur Yesus dalam Karya dan Ajaran-Nya Kesatuan dua natur Yesus dalam karya dan ajaran-Nya adalah salah satu doktrin inti dalam agama Kristen. Doktrin ini menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur yang berbeda namun bersatu secara tak terpisahkan: natur ilahi dan natur manusia. Ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia sekaligus. Makna kesatuan dua natur Yesus dalam karya dan ajaran-Nya dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain: 1) Penyelamatan yang Sempurna DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 63 Natur ilahi memungkinkan Yesus menanggung hukuman dosa manusia, mati di kayu salib, dan bangkit kembali. Natur manusia membuat pengorbanan-Nya relevan dan bermakna bagi manusia. Ia mati sebagai manusia mewakili manusia, namun kebangkitan-Nya menunjukkan kuasa ilahi-Nya atas kematian. 2) Keteladanan Kristus Yesus menjadi teladan sempurna bagi manusia. Natur ilahi menunjukkan kasih dan pengorbanan tanpa batas kepada Bapa dan manusia. Natur manusia menunjukkan bagaimana hidup sesuai kehendak Allah dalam keterbatasan manusia. 3) Penghiburan dan Harapan Yesus, yang memahami penderitaan manusia, menawarkan penghiburan dan pengharapan sejati. Ia mengerti kelemahan dan godaan kita, namun juga memiliki kuasa dan kasih untuk menolong kita mengatasinya. 4) Hubungan dengan Allah Kesatuan dua natur Yesus membuka jalan bagi manusia untuk berelasi dengan Allah. Melalui natur manusiawi Yesus, kita dapat mendekati Allah tanpa rasa takut. Melalui natur ilahi Yesus, Allah menyatakan kasih dan pengampunan-Nya kepada manusia. Selain empat aspek di atas, penulis juga akan memaparkan beberapa bukti yang menunjukkan kesatuan dua natur Yesus dalam karya dan ajaran-Nya: 1) Karya Yesus Kristus menunjukkan natur ilahi-Nya. Yesus Kristus melakukan berbagai mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan membangkitkan orang mati. Mukjizat-mukjizat ini menunjukkan bahwa Yesus Kristus memiliki kuasa yang melebihi kuasa manusia biasa. (Craig, 2019) Misalnya, dalam ayat berikut, Yesus Kristus menyembuhkan orang buta secara ajaib: "Yesus berkata kepadanya: "Engkau percayakah bahwa Aku dapat melakukan hal itu?" Ia berkata: "Ya, Tuhan, aku percaya." Lalu Yesus menjamah matanya, dan berkata: "Menurut imanmu, jadilah itu." Maka terbukalah matanya, dan ia melihat dengan jelas." (Matius 9:28-29) 2) Ajaran Yesus Kristus menunjukkan natur manusia-Nya DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 64 Yesus Kristus mengajarkan tentang kasih, pengampunan, dan keadilan. Ajaran-Nya menunjukkan bahwa Ia memahami dan berempati dengan penderitaan manusia. (Barclay, 2001) Misalnya, dalam ayat berikut, Yesus Kristus mengajarkan tentang kasih kepada musuh: "Kasihilah musuhmu, dan berbuatlah baik kepada orang yang membencimu, dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu dan menganiaya kamu, supaya kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:44-45) 3) Kebangkitan Yesus Kristus menunjukkan kesatuan dua natur-Nya. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang hidup. Ia juga menunjukkan bahwa Ia telah mengalahkan dosa dan maut. (Tachin, 2022) Misalnya, dalam ayat berikut, Yesus Kristus menyatakan diri sebagai Allah: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup, meskipun ia sudah mati." (Yohanes 11:25) Kesatuan dua natur Yesus dalam karya dan ajaran-Nya menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah perwujudan Allah yang hadir di dunia. Ia datang untuk menyelamatkan manusia dan membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Implikasi Dua Natur Yesus bagi Kekristenan Era Postmodern Era postmodern ditandai oleh pluralisme dan relativisme. Dalam konteks ini, doktrin inkarnasi ilahi memiliki beberapa implikasi yang penting bagi kekristenan, yaitu: a. Doktrin inkarnasi ilahi menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah sosok yang unik dan istimewa. Ia bukan hanya seorang manusia biasa, tetapi juga Allah yang menjadi manusia. Hal ini memberikan dasar yang kuat bagi iman Kristen di era postmodern. Doktrin dua natur Yesus juga mendukung dan meneguhkan doktrin Tritunggal. Natur ilahi Yesus menegaskan kesetaraan-Nya dengan Bapa dan Roh Kudus, sedangkan natur manusia menunjukkan wujud Allah yang tritunggal di dunia. DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 65 b. Doktrin inkarnasi ilahi menunjukkan kasih dan belas kasihan Allah. Allah yang mahakuasa dan mahasuci turun ke bumi dalam wujud manusia yang lemah dan terbatas, dan hal ini menunjukkan kasih dan belas kasihan Allah yang tak terbatas. c. Doktrin inkarnasi ilahi menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah sumber keselamatan. Ia mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kebangkitan-Nya dari kematian menunjukkan bahwa Ia telah mengalahkan dosa dan maut. Dia menjadi pengantara yang sempurna antara Allah dan manusia. Natur ilahi memungkinkan Dia menanggung hukuman dosa manusia, sementara natur manusia membuat pengorbanan-Nya relevan dan bermakna bagi umat manusia. Ini menjelaskan mengapa hanya Yesus yang dapat menjadi Juruselamat. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana doktrin inkarnasi ilahi dapat diterapkan dalam kekristenan era postmodern: a. Dalam menghadapi pluralisme dan relativisme, doktrin inkarnasi ilahi dapat menjadi dasar bagi orang Kristen untuk mempertahankan iman mereka. Doktrin ini menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran dan jalan keselamatan yang universal. b. Dalam menghadapi tantangan-tantangan sosial dan budaya, doktrin inkarnasi ilahi dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi orang Kristen. Doktrin ini menunjukkan bahwa Allah memahami dan berempati dengan penderitaan manusia. Secara keseluruhan, doktrin inkarnasi ilahi adalah doktrin yang penting bagi kekristenan, karena memberikan dasar yang kuat bagi iman di era postmodern. KESIMPULAN Artikel ini membahas doktrin Kristologi yaitu studi tentang Yesus Kristus, pribadi kedua dari Tritunggal Mahakudus. Identitas Yesus Kristus adalah misteri yang melampaui pemahaman manusia. Namun, melalui penelitian dan refleksi, penulis memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang identitas Yesus, karena didasarkan pada literatur yang dapat dipercaya keakuratannya. Dalam artikel ini, penulis membahas pandangan kristologis tentang Yesus Kristus, yang menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang menjadi manusia, dan pandangan ini adalah pandangan yang paling diterima oleh umat Kristen. Doktrin ini DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 66 memiliki implikasi yang penting bagi kekristenan di era postmodern. Karya dan ajaran Yesus Kristus mengungkapkan dua natur-Nya: Allah yang menjadi manusia. Misteri ini menjadi dasar iman Kristen dan sumber pengharapan bagi umat manusia. Kita dipanggil untuk merenungkan dan bersyukur atas anugerah yang luar biasa ini, di mana Allah telah melangkah masuk ke dalam sejarah dan bersekutu dengan kita dalam wujud manusia. Di era postmodern, yang ditandai oleh pluralisme dan relativisme, doktrin inkarnasi ilahi dapat menjadi dasar bagi orang Kristen untuk mempertahankan iman mereka. Doktrin ini menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah kebenaran dan jalan keselamatan yang universal. Doktrin inkarnasi ilahi juga dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi orang Kristen dalam menghadapi tantangan-tantangan sosial dan budaya. Doktrin ini menunjukkan bahwa Allah memahami dan berempati dengan penderitaan manusia. Oleh karena itu, penting bagi umat Kristen untuk mempelajari dan merenungkan identitas Yesus Kristus. Hal ini dapat membantu kita untuk tumbuh dalam iman dan menjadi saksi Kristus yang lebih efektif di dunia. REFERENSI 20th-century theology: God and the world in a transitional age. (1993). Choice Reviews Online, 30(08). https://doi.org/10.5860/choice.30-4353 Barclay, W. (2001). The Gospel of Matthew (1st ed.). Westminster John Knox Press. Burge, G. M. (2011). The Historical Jesus of the Gospels. Bulletin for Biblical Research, 21(4). https://doi.org/10.2307/26424546 Chambers, N. (2017). Systematic Theology: An Introduction to Christian Belief, written by John M. Frame. Journal of Reformed Theology, 11(1–2). https://doi.org/10.1163/15697312-01101003 Craig, W. L. (2019). Is god the son begotten in his divine nature? TheoLogica, 3(1). https://doi.org/10.14428/thl.v2i3.16583 Dray, S. (2022). Christ the Lord: Studies in Christology presented to Donald Guthrie Edited by H. H. Rowdon (Leicester: Inter-Varsity Press, 1982. xvi, 344pp. hb. £8.95). Evangelical Quarterly: An International Review of Bible and Theology, 56(3). https://doi.org/10.1163/27725472-05603009 DAAT: Jurnal Teologi Kristen Vol. 5, No. 1, Januari 2024 Htpps: https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/index 67 Early Christian Doctrines. (2014). In Early Christian Doctrines. https://doi.org/10.5040/9781474213233 Johnson, T. K. (2014). The Trinity in the Bible and selected creeds of the Church. Evangelical Review of Theology. Keith, G. (1998). The Formulation of Creeds in the Early Church. Themelios, 241. Knox, Z. (2011). Writing witness history: The historiography of the Jehovah’s witnesses and the watch tower bible and tract society of Pennsylvania. Journal of Religious History, 35(2). https://doi.org/10.1111/j.1467-9809.2010.01030.x Lane, T. (2007). Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. In Jakarta: BPK Gunung Mulia. Lucas, A. J. (2011). The Historical Jesus: Five Views. Bulletin for Biblical Research, 21(2). https://doi.org/10.2307/26424655 Oduor, P. L. O. (2022). Christological Reflections: A Historical Perspective. East African Journal of Traditions, Culture and Religion, 5(1). https://doi.org/10.37284/eajtcr.5.1.765 Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M. P. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan - Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. - Google Books. In Prenada Media. QUARLES, C. L. (2019). LORD OR LEGEND: JESUS AS THE MESSIANIC SON OF MAN. Journal of the Evangelical Theological Society, 62(1). Schmeller, T. (2020). Participating in Christ: Explorations in Paul’s Theology and Spirituality by Michael J. Gorman. The Catholic Biblical Quarterly, 82(3). https://doi.org/10.1353/cbq.2020.0091 Sujoko, A. (2023). Identitas Yesus dan Misteri Manusia: Ulasan Tema-Tema Teologi Moral Fundamental (1st ed., Vol. 1). PT Kanisius. Tachin, P. (2022). The Finality of Christ in Stott’s Christology. Unio Cum Christo, 8(2). https://doi.org/10.35285/ucc8.2.2022.art4 Yarbrough, R. W. (2014). The New Testament: A Historical and Theological Introduction. Bulletin for Biblical Research, 24(2). https://doi.org/10.2307/26371162 |